Al-Qur'an dan Sejarah Perkembangannya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al Qur’an adalah salah satu dari keempat kitab-kitab Allah SWT yg diturunkan melalui malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu (Jibril), kepada Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Kitab ini bagaikan sebuah kompas ketika kita sebagai seorang pelaut yang mengarungi sebuah samudera yang sangat luas dengan menggunakan sebuah kapal, Al Qur’an adalah Ensiklopedia paling lengkap yang dapat menjawab berbagai masalah dalam kehidupan di manapun, kapanpun dan siapapun. Keautenikan naskahnyapun terjaga oleh Allah sampai hari kiamat nanti.
Di dalam mempelajari Al Qur’an dengan baik dan benar, kita tidak bisa hanya bermodalkan terjemahannya saja. Untuk memahami kandungan yang tersimpan di dalamnya kita membutuhkan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara khusus membahas tentang Al Qur’an. Ilmu khusus yang mempelajari tentang Al Qur’an adalah Ulumul Qur’an
Untuk belajar lebih dalam sebelumnya kita harus mempelajari tentang pengertian Ulumul Qur’an, Ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan dari Ulumul Qur’an dan sejarah perkembangan Ulumul Qur’an dari masa ke masa.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ulum Al Qur’an ?
2. Ruang Lingkup dan Pokok-Pokok Bahasan Ulum Al Qur’an ?
3. Sejarah Perkembangan Ulum Al Qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Qur’an
Istilah Ulumul Qur’an , berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Ulum dan Al-Qur’an. Kata ulum merupakan bentuk jamak dari kata Ilm, yang berasal dari kata dasar ‘alima-ya’lamu-‘ilman, yang berarti mendapatkan atau mengetahui sesatu dengan jelas atau mengetahui sesuatu dengan jelas.[1]Memakai kata jamak karna pembahasan yang dibahas didalamnya lebih dari satu bahasan.
Al-Qur’an menurut ulama ushul fiqih dan ulama bahasa adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafaz-lafaznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara berangsur-angsur, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas.[2] Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur sesuai kejadian yang terjadi pada saat itu, baik sebagai pemberi keputusan pada suatu perkara maupun sebuah pembenaran dari keputusan.
Dengan demikian daat disimpulkan bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang dapat dilihat atau diambil dari Al-Qur’an. Karena aspek-aspeknya itu sangat luas maka ilmu yang berhubungan dengan Ulumul Qur’an ini sangat banyak jenis atau macamnya.
Berikut adalah pengertian Ulumul Qur’an menurut beberapa ulama :
1. Al-Zarqoni
مباث تتعلّق بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكابته وقراءته وتفسيره واعجازه وناسخه ومنسوخه ودفع الشّبه عنه ونحو ذالك.
Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Alquranul Karim, yaitu dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan, bacaan, penjelasan (tafsir), mukjizat, nasikh wal mansukh, serta menolak terhadap hal-hal yang mendatangkan keraguan terhadapnya (Al-Qur’an).
2. As-Suyuthi
Ilmu yang membahas seluk beluk Al-Qur’an. Diantaranya, yaitu yang membicarakan aspek turunnya, sanadnya, bacaannya, lafaznya, maknanya yang berhubungan dengan hukum dan lain sebagainya.[3]
B. Ruang Lingkup Dan Pokok-Pokok Bahasan
Ruang lingkup Ulumul Quran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : Dirasah Ma Fi Al-Quran, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi yang terdapat dalam Al-Quran seperti kajin tafsir Al-Quran. Dirasah Ma Haula Al-Quran, sebagai kajian yang dilakukan berkenaan dengan materi-materi seputar Al-Quran tetapi lingkupnya di luar materi dalam seperti kajian mengenail Asbab An-Nuzul. Dan Living Qur’an, sebagai kajian mengenai penerapan dan aplikasi Al-Quran pada masyarakat.
Secara umum, pembahasan ‘Ulumul Quran terbagi kedalam dua ilmu yaitu ‘Ilmu Al-Riwayah dan ‘Ilmu Dirayah.
1. ‘Ilmu Al-Riwayah sebagai ilmu yang diperoleh melalui jalan riwayat atau naql, artinya dengan cara menceritakan kembali atau mengutip. Misalnya pengetahuan tentang macam-macam bacaan (Al-Qiraat), tempat turunnya ayat, waktu dan sebab-sebabnya.
2. ‘Ilmu Dirayah sebagai ilmu yang diperoleh dengan jalan pembahasan dan penelitian. Misalnya pengetahuan tentang lafaz-lafaz yang gharib (asing), ayat Al-nasikh dan Al-mansukh.[4]
Pembahasan Ulumul Quran memang banyak, tetapi kita dapat memberikan klasifikasi berdasarkan tema-temanya.
Pertama, pembahasan-pembahasan yang berpautan dengan nuzul Al-Quran, yaitu :
a. Auqat Al-Nuzul Wa Mawathin Al-Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekah yang dinamai ayat Makkiyah, ayat-ayat yang diturunkan di kala Nabi berada di kampung atau disebut Hadlariyah, ayat-ayat yang diturunkan di dalam safar yang dinamai Safariyah, ayat-ayat yang diturunkan pada siang hari dinamai Nahriyah, ayat-ayat yang diturunkan pada malam hari dinamai Lailiyah.
b. Asbabun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan sebab-sebab turunnya Al-Quran.
c. Tarikhun Nuzul
Tema ini berkenaan dengan ayat yang mula-mula diturunkan dalam kaitan waktunya, yang berulang-ulang diturunkannya, yang terakhir hukumnya dari turunnya, yang turun tidak berurutan, yang turun dalam satu kesatuan, dan lain-lain
Kedua, pembahasan masalah sanad. Hal ini berhubungan dengan enam macam persoalan, yakni yang mutawatir, ahad, syadz, beragam qiraat Nabi, para perawi dan huffadz, kaifiyat Al-tahammul (cara penerimaan riwayat.
Ketiga, masalah bacaan (tata cara membaca), yaitu soal waqaf, ibtida’, imalah, madd, men-takhfifkan (meringankan bacaan) hamzah, idgam, dan lain-lain.
Keempat, masalah pembahasan lafaz. Hal ini terkait dengan beberapa soal, yaitu gharib, mu’rab, majaz, musytarak, mutaradif, isti’arah dan tasyibih.
Kelima, masalah makna-makna Al-Quran yang berpautan dengan hukum seperti masalah Lafaz ‘am yang tetap dalam keumumannya, ‘am yang dimaksudkan khusus ‘am yang dikhususkan dengan sunah, ‘am yang mengkhususkan sunah, nash yang zhahir, mujmal, mufassal, manthuq, mafhum, muthlaq, muqoyyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh, muqaddam, muakhar, dan lain-lain
Keenam, masalah makna-makna Al-Quran yang berpautan dengan lafaz, yaitu fashl dan washl, ijaz, ithnab, musawah dan qashr.[5]
C. Sejarah Perkembangan Ulum Al Qur’an
Ketika kita berbicara Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an, pasti bahasannya sangat luas dan memerlukan refrensi yang lengkap. Untuk itu penulis membahas hanya pada bagian-bagian yang dianggap berhubungan langsung dengan Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an [6]. Secara garis besar Sejarah Perkembangan Ulum Al Qur’an dikelompokan pada enam periode sebagai berikut :
1. Masa Sebelum Kodifikasi ( Rasulullah )
Pada masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW hanya segelintir orang yang mendapat hidayah dan mereka mebuat sebuah perkumpulan di rumahnya Arqam bin Abi al-Arqam untuk mempelajari al qur’an, karena Bahasa Al Qur’an adalah Bahasa Arab yang sudah biasa dipakai sehari-hari, maka apabila mendapat kesulitan dalam mengartikan ayat ayat al qur’an mereka akan bertanya pada yang lebih mengerti dan jika masih kurang jelas mereka akan bertanya langsung pada Sahabat dan Rasulullah.
Rasul saw dibantu oleh sahabat yang merupakan orang Arab murni, sehingga mampu menghayati semua keistimewaan bahasa Arab dan kesempurnaan penghafalan serta kecerdasaan memahami makna. Tapi pada masa ini belum lahir disiplin ilmu ulumul qur’an, yang terkodifikasi dalam karya karya tertentu dan diriwayatkan secara lisan dengan alasan sebagai berikut :
a. Ada keinginan rasul memberikan rasa tanggungjawab pada sahabat untuk meneruskan dakwah nabi, karena khawatir terjadi salah persepsi bahwa kewajiban dakwah hanya ditunjukan pada sahabat yang menulis karena pandai menjaga ayat berbentuk naskah.
b. Para sahabat adalah orang yang dhabit dan apabila ada permasalahan bisa langsung bertanya pada rasul.
c. Ada beberapa sahabat yang Ummiy dan terbatasanya alat tulis.
2. Masa Persiapan Kodifikasi ( Sahabat dan Tabiin )
Masa Sahabat berawal dari Khalifah Al- Rasyidin dengan empat khalifah : Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Pada masa Abu Bakar al qur’an dikumpulkan dalam bentuk tulisan berbagai media seperi batu, pepelah kurma, kulit binatang dan bergagai media yang dapat memuat tulisan atas usulan Umar bin Khatab, karena 70 > penghafal al quf’an mati syahid dalam perang Yamamah [7].
Lalu pada masa Utsman bin Affan, pemerintahannya sering mengadakan ekspansi dan asimilasi ke berbagai daerah di luar jazirah Arab dan untuk mencegah perusakan ayat al qur’an, dihimpunlah al qur’an dalam mushaf-mushaf dan pada akhirnya mushaf ustmanilah yg terpilih lalu diperbanyak dan dikirim ke berbagai daerah [8].
Di akhir jaman Khalifah Al- Rasyidin, di masa Ali bin Abi Thalib terjadi penyimpangan cara baca al qur’an sehingga Ali membuat cara membaca yang baik dan benar yang merupakan cikal bakal ilmu Nahwu.
Ada beberapa sahabat yang merupakan para pakar-pakar ilmu Tafsir seperti : Khalifah Al-Rasyidin, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Zubair, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari dan ‘Aisyah.
Masa selanjutnya adalah masa tabiin, pada masa ini ada beberapa para pemuka dalam periwayatan seperti : Mujahid ‘Atha’, Iqrimah, Qatadah, al-Hasan al-Bashiry, Sa’id ibn Jubair, Zaid ibn Aslam di Madinah dan dari putranya, Abdurrahman dan Malik ibn Anas, dua tokoh generasi tabi’in tabi’in belajar. Mereka semua yang dianggap sebagai peletak dasar Ilmu Tafsir, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Nasikh & Mansukh, Ilmu Gharib Al Qur’an dan semacamnya.
Banyak sekolah sekolah yang mengajarkan ilmu tafsir tapi hanya ada tiga yang populer :
a. Madrasah Ibnu ‘Abbas di Mekkah
b. Madrasah Ubai bin Ka’ab di Madinah
c. Madrasah ‘Abdullah bin Mas’ud di Kufah [9]
3. Masa Kodifikasi ( Abad 1-2 Hijriyah )
Kodifikasi Ulumul Qur’an, dimulai sejak munculnya kodifikasi Hadis Nabawiyah dan disusun beberapa fase pada abad ke 1 H. Fase yang pertama berjumlah 1 bab Ilmu Tafsir serts belum menjadi sebuah ilmu yang mandiri. Ada beberapa ulama yang menyusun kitab ilmu tafsir ini seperti :
· Yazid bin Harun as-Salami
· Syu’bah bin al-Hajjaj
· Waki’ bin al-Jarrah
· Sufyan bin ‘Uyainah
· ‘Abdurazzaq bin Humam ash-Shan’ani
Fase kedua adalah penyusunan Tafsir Qur’an yang sudah menjadi sebuah disiplin ilmu, dan diriwayatkan dengan sanad yang bersambung, beberapa ulama yang masyhur adalah sebagai berikut :
· Ibnu Majah
· Ibnu Jarir at-Thabari
· Abu Bakar bin al-Mundzir an-Nisaburi
· Ibnu Abi Hatim
· Ibnu Hibban
· Al Hakim
· Ibnu Mardawiyah
Sebagaimana yang kita ketahui ilmu tafsir adalah cikal bakal ilmu ulumul qur’an, sehingga yang dibahas pertama kali adalah ilmu tafsir [10].
Selanjutnya pada abad ke 2 H ada beberapa Ulama yang masyhur seperti :
· Hasan al- Basri menyusun kitab tentang bacaan (Qira’at)
· Atha’ bin Abi Rahab menyusun kitab Gharib Al Qur’an
· Qatadah bin Dima’ah as-Sadusi menyusun kitab tentang Nasikh Mansukh
4. Awal Munculnya Istilah ( Abad 3-5 Hijriyah )
Munculnya istilah Ulumul Qur’an, berawal dari sebuah kitab pada abad ke 3 H karya Muhammad bin Khalaf bin al-Murazban yang berjudul al-Hawi fi ‘Ulumu Qur’an, dan kemudian ada juga beberapa karya ulama terkenal seperti :
· Abu Ubaid al Qosim bin Salam menyusun kitab tentang Nasikh Mansukh
· Ali bin al Madini menyususn kitab tentang Asbab an-Nuzul
· Ibnu Qutaibah menyusun kitab Ta’wil Musykil al-Qur’an dan Tafsir Gharib al-Qur’an
Pada abad ke 4 H ada beberapa kitab ulama masyhur sebagai berikut :
· Abu Ishaq az-Zujaj menyusun kitab I’rab al-Qur’an
· Ibnu Darastuwiyah menyususn kitab I’jaz al-Qur’an
· Abu Bakar as-Sajistani menyusun kitab Tafsir Gharib al-Qur’an
· Abu Bakar al-Baqilani menyusun kitab I’jaz al-Qur’an
Pada abad ke 5 H terdapat karya karya ulama masyhur seperti :
· Ali bin Ibrahim al-Haufi menyusun kitab tentang I’rab al-Qur’an
· Al Mawardi menyusun kitab Amtsal al-Qur’an
· Abu al-Hasan al-Wahidi menyusun kitab Asbab an-Nuzul [11]
· Ibnu Naqiyah menyusun kitab al-Juman fi Tasybihat al-Qur’an
5. Perkembangan kitab Ulumul Qur’an karya-karya para ulama masyhur (Abad 6-12 Hijriyah)
Pada abad ke 6 H ada beberapa kitab ulama masyhur sebagai berikut :
· Al-Karmani menyusun kitab al-Burhan fi Musytasabih al-Qur’an
· Ar-Raghib al-Ashafahani menyusun kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an
· Ibnu al-Badzisyi menyusun kitab al-Iqna fi Qira’at as-Sabi’
· As Suhaili menyusun kitab Mubhamat al-Qur’an
· Ibn Al-Jauzi menyusun kitab Funun Afnan fi Aja’ib Al-Qur’an dan Al-Mujtaba fi Ulum Tata,allaq bi Al-Qur’an
Pada abad ke 7 H terdapat karya karya ulama masyhur seperti :
· ‘Alam ad-Din as-Syakhawi menyusun kitab tentang Qira’at
· Al-‘Iz bin Abd as-Salam menyusun kitab Majaz al-Qur’an
· Ibnu Abi al-Ashba’ menyusun kitab Bada’i al-Qur’an
· Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi menyusun kitab As’ilat al-Qur’an wa Ajwibatuha
Pada abad ke 8 H ada beberapa kitab ulama masyhur sebagai berikut :
· Ibnu al-Qayim menyusun kitab at-Tibyan fi Aqsam al-Qur’an
· Al-Kharaz menyusun kitab Maurid az-Zham’an fi Rasm Ahruf al-Qur’an
· At-Thufi menyusun kitab al-Iksir fi ‘ilm al-Tafsir
· Abu Hayyan al-Nahawi menyusun kitab Laughat al-Qur’an
· Ibnu Katsir menyusun kitab Fadha’il al-Qur’an
· Badrrudin Al Zarkasyi menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’an[12]
Pada abad ke 9 H terdapat karya karya ulama masyhur seperti :
· Ibnu Hajar menyusun kitab Asbab an-Nuzl
· Al Kafiyaji menyusun kitab at-Tasisir fi Qawa’id ‘Ilm at-Tafsir
· Jalaludin Al-Buqini Mawaqi menysun kitab al Ulum min al Mawaqi Al-Nujum
Pada abad ke 10 H ada beberapa kitab ulama masyhur sebagai berikut :
· Al-Qashtalani menyusun kitab Lathaifal-Isyarat fi Ilm al-Qira’at
· Abu Yahya Zakariya al-Anshari menyusun kitab Fath ar-Rahman bi-Kasyfi ma Yaltabisu fi al-Qur’an
· Ibnu as-Syahnah menyusun kitab Gahrib al-Qura’an
· As Suyuthi menyusun kitab Mufhimat al-Aqran fi Mubhamat al-Qur’an dan Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul [13]
Pada abad ke 11 H terdapat karya karya ulama masyhur seperti :
· Al-Banna’ menyusun kitab Ittihaf Fudhala’i al-Basyar fi Qira’at al Arba’a Asyara
· As-Syaikh Mar’i Karami menyusun kitab Qala’id al-Marjan fi an-Nasikh wa al-Mansukhi min al-Qur’an
· Ahmad bin Muhammad al-Maqqari menyusun kitab I’rab al-Qur’an
Pada abad ke 12 H ada beberapa kitab ulama masyhur sebagai berikut :
· Abd al-Ghina an-Nabilsi menyusun kitab Kifayat al-Mustafid fi ‘Ilm al-Tajwid
· Al-Jarmuzi menyusun kitab Tuhfah al-Athal wa al-Ghilman fi Tajwid al-Qur’an
· Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab menyusun kitab Fadha’i al-Qur’an
6. Ulumul Qur’an pada Abad Kontemporer ( Abad 13-14 Hijriyah )
Pada masa kontemporer disiplin ilmu Ulumul Qu’an lebih berkembang dari pada masa sebelumnya, dengan seiringnya perkembangan ilmu penegtahuan dan teknologi manusia. sehinga ulama pada abad ke 13 H menyusun kitab kitab yang lebih baik lagi seperti beberapa karya berikut ini :
· Ad-Dimyathi menyusun kitab Risalat fi Mabdha’i at-Tafsir
· Al-Hurini menyusun kitab al-Jauhar al-Farid fi Rasm al-Qur’an al-Majid
· Ibnu Hamid al-Amiri menyususn kitab an-Nasikh wa al-Mansukh [14]
Pada abad ke 14 H para ulama juga menyususn kitab-kitab seperti :
· Musthafa Shadik ar-Rafi’i menyususn kitab I’jaz al-Qur’an wa al- Balaghat an-Nabawiyyah
· DR. Muhammad Abdullah Darraz menyususn kitab an-Naba al-Azhim
· Sayid Quthub menyususn kitab at-Taswir al-Fanni fi al-Qur’an dan Masyahid al-Qiyamah fi al-Qur’an
· Muhammad Husain Adz Dzahabi menyususn kitab at-Tafsir wa al-Mufassirun
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang seluk beluk AL-Qur’an mulai dari sebab turun ayat-ayatnya hingga penafsirannya baik yang secara ma’tsur maupun ra’yi.
Pembahasan-pembahasan dalam Ulumul Qur’an yaitu, nuzul Al-Qur’an, pembahasan masalah sanad, masalah bacaan, masalah pembahasan lafaz, masalah makna-makna Al-qur’an yang berpautan dengan hukum dan masalah makna-makna AL-Qur’an yang berpautan dengan lafaz.
Dan istilah Ulumul Qur’an pertama kali dirintis dari sebuah kitab pada abad ke 3 H karya Muhammad bin Khalaf bin al-Murazban yang berjudul al-Hawi fi ‘Ulumu Qur’an, dilanjutkan oleh Ali bin Ibrahim al-Haufi menyusun kitab tentang I’rab al-Qur’an pada abad ke 5 H. Dan kemudian dikembangkan oleh Ibn Al-Jauzi menyusun kitab Funun Afnan fi Aja’ib Al-Qur’an dan Al-Mujtaba fi Ulum Tata,allaq bi Al-Qur’an pada abad ke 6 H dan diteruskan oleh ‘Alam ad-Din as-Syakhawi menyusun kitab tentang Qira’at pada abad ke 7 H. Selanjutnya disempurnakan oleh Badrrudin Al Zarkasyi menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-Qur’anpada abad ke 8 H dan ditingkatkan lagi oleh Jalaludin Al-Buqini Mawaqi menyusun kitab al Ulum min al Mawaqi Al-Nujum pada abad ke 9 H dan Al Kafiyaji menyusun kitab at-Tasisir fi Qawa’id ‘Ilm at-Tafsir pada abad ke 9 H juga hinggan akhirnya disempurnakan oleh As Suyuthi menyusun kitab Mufhimat al-Aqran fi Mubhamat al-Qur’an dan Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul pada abad ke 10 H [15]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zarkani, Muhammad Abdul Azim, 2002, Manahil Al-Urfan Fi Ulum Al-Quran, Jakarta : Gaya Media Pratama
Anwar, Abu, 2012, Ulumul Quran Sebuah Pengantar, Jakarta: Amzah
Ar-Rumi, Fahad Bin Abdurrahman, 1996, Ulumul Quran, Yogyakarta: Titian Ilahi
Hermawan, Acep, 2013, Ulumul Quran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofset
pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/65/pengumpulan-al-quran-pada-masa-abu-bakar.html pada tanggal 17 September 2017 Pukul 07.39
http://belajarislam.com/2011/01/penghantar-ulumul-quranpada tanggal 18 September 2017 Pukul 05.45
http://al-badar.net/ulumul-quran-pada-masa-tabieen-dan-abad-berikutnyapada tanggal 19 September 2017 Pukul 06.10
[1] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an,PT Remaja Rosdakarya Ofset, Bandung, 2013, hlm.1.
[2] Ibid., hlm.2
[3] Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar,Amzah, Jakarta, 2012, hlm.1
[4] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an,PT Remaja Rosdakarya Ofset, Bandung, 2013, hlm.10.
[5] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an,PT Remaja Rosdakarya Ofset, Bandung, 2013, hlm.9.
[6] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2011, hlm 3
[7] pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/65/pengumpulan-al-quran-pada-masa-abu-bakar.html pada tanggal 17 September 2017 Pukul 07.39
[9] Ar-Rumi Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Quran, Titian Ilahi, Yogyakarta , 1996, hlm 74-75
[10] http://belajarislam.com/2011/01/penghantar-ulumul-quran pada tanggal 18 September 2017 Pukul 05.45
[11] Ar-Rumi Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Quran, Titian Ilahi, Yogyakarta , 1996, hlm 80
[13]http://al-badar.net/ulumul-quran-pada-masa-tabieen-dan-abad-berikutnya pada tanggal 19 September 2017 Pukul 06.10
[14] Ar-Rumi Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Quran, Titian Ilahi, Yogyakarta , 1996, hlm 83
[15] Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung, 2011, hlm 9
Tidak ada komentar: