Ads Top

Al quran hasil budaya menurut Nasr Hamid Abu zayd




Al Quran adalah hasil budaya/produksi budaya (muntaju saqofi), berarti menurut pandangan Nasr Hamid kita timbul sebuah pertanyaan megenai pendapat tersebut seberapa jauh pengaruh Tokoh yang menyusun teks, kekurangan, Hermeneutika yang digunakan Nasr Hamid.
Hamid memiliki penafsiran “teks Al quran itu hasil dari produksi budaya dan tak jauh dari karya-karya teks yang lain.” Terus kesakralan Al-Qurannya dimana, bila Al-Quran memang seperti itu maka kita akn tumbul sebuah pertanyaan mengenai permasalahan itu siapa yang mempengaruhi penyusunan Al-Quran tersebut, kemudian apa saja yang membuat Al-Quran tersusun dengan sedemikian rupa menjadi sebuah karya tulisan.
Budaya Islam itu selalu ketergantuangan dengan arti Teks dan atas dasar Teks.
Yang dimaksudkan oleh Adurahman Al-Quran itu suci bukan karaena makna tekstualnya tetapi arti yang ada dibalik teksnya lah yang membuat alquran suci.
Jika Alquran memang hasil dari budaya kenapa Al-quran bisa sesuai dengan budaya Indonesia , padahal budaya antara Arab dan Indonesia itu sangat berbeda ?
Walaupun dalam Al-Quran itu memiliki makna yang Arabis,
Kenapa kita diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu untuk memegang Al-Quran, padahal apa bila kita melihat dari sudut pandang Nasr Hamid makna yang ada itu ada didalam bukan “meaning with in the text” kemudian dimana letak kesakralan Al-Quran tersebut ?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.